REFLEKSI  PERKULIAHAN KAJIAN KURIKULUM MATEMATIKA

Nama/NIM      : Yuliana/20703261052

Pertemuan       : 8

Hari/Tanggal   : Kamis, 01 April  2021

Pengampu       : Prof. Dr. Marsigit, M.A

 

 “Bercermin Melalui Pendidikan : Menjadi Anak penuh Ambisius atau Orang Tua penuh Ambisi ? “

             Pendidikan memiliki banyak fungsinya. Fungsinya dapat dinaikkan levelnya, ataupun diturunkan levelnya tergantung dari metodenya atau caranya. Fungsi dari pendidikan paling tinggi levelnya ditinjau dari sisi spiritual, yaitu memfasilitasi siswa agar mengerti dan mendidik siswa untuk menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah. Ini adalah puncak dari pendidikan. Fungsi pendidikan diturunkan levelnya ditinjau dari sisi filsafat, yaitu pendidikan berfungsi memfasilitasi siswa agar mampu membangun hidupnya. Fungsi pendidikan diturunkan levelnya ditinjau sisi psikologis sosial, yaitu berfungsi untuk memerdekan siswa atau subjek didiknya.

            Bagaimana cara memerdekan siswa atau subjek didiknya? Dalam pembelajaran, pendidik (guru) mengurangi intervensinya dan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk aktivitas siswanya. Apabila dikelompokkan, maka pendidikan dikelompokkan menjadi 2, yaitu kebutuhan siswa atau ambisi orang tua. Kebutuhan siswa mewakili generasi muda seharusnya memiliki tanggung jawab melalui pendidikan mempersiapkan hidup dengan belajar, sedangkan golongan orang tua dapat berwujud sebagai guru kepala sekolah, gubernur, presiden, pemerintah, internasional, pengusaha, capital, bisnis industri, dan penjajah memiliki peran orang yang memiliki ambisi. Ambisi orang tua ini dapat bersifat baik atau buruk. Agar menjadi baik, maka ambisi orang tua harus dapat diterapkan dengan metode yang tepat pula.

            Metode apa yang yang tepat agar ambisi orang tua berdampak baik terhadap anak-anaknya? Menurut aktivitas peserta didiknya, pembelajaran dapat menggunakan pembelajaran directed teaching (pembelajaran berpusat pada guru) dan direct teaching (pembelajaran berpusat pada siswa). Pembelajaran terkendali (directed teaching) yang berarti bahwa pembelajaran dikendalikan oleh gurunya. Namun sampai sekarang ini, pembelajaran kebanyakan masih berorientasi pada directed teaching (teacher centered). Directed teaching sebagai pembelajaran yang otoriter (berkuasa) oleh guru dan menghilangkan budaya demokrasi. Hal ini bisa dilihat dari jalannya pembelajaran, mulai dari kegiatan apersepsi, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup (kesimpulan) dikuasai oleh gurunya. Pembelajaran directed teaching dialirkan melalui budaya diturunkan dari film, televisi, yang secara tidak sengaja direfleksikan dan ditirukan oleh para calon guru. Menghadapi tantangan seperti ini, maka pembelajaran harus dapat berubah (move on) dari directed teaching menjadi direct teaching, atau dari teacher centred menjadi students centred, atau pembelajaran berpusat pada guru berubah menjadi pembelajaran berpusat pada siswa.

Sumber Gambar : https://www.viewsonic.com/library/education/active-learning-matters/

            Lantas, bagaimanakah pembelajaran yang berpusat dari siswa? Hal ini dapat ditinjau dari langkah-langkah pembelajarannya. Pada langkah apersepsi seharusnya bukan untuk menjadi kegiatan guru atau satu orang siswa melainkan dapat dilakukan oleh semua siswa (merupakan aktivitas siswa), yang melibatkan semua panca indera, seperti mengingat, mengucap, melihat, mendengar, berpikir, menyentuh, dan sebagainya. Kemudian, pada langkah-langkah pembelajaran yang tertuang pada LKPD tidak sekedar kumpulan soal. Justru seharusnya, LKPD berisi langkah-langkah kegiatan siswa untuk menemukan prosedur (konsep) rumus matematika atau mememecahkan permasalahan sehari-hari. Dalam LKPD juga berisi langkah-langkah pembelajaran secara jelas dan tertuang metode pembelajaran dengan tepat, misal metode Guided Discovery dengan  pendekatan saintifik, seharusnya pada LKPD memuat langkah 5 M (mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar, dan mengkomunikasikan). Adapun pada kegiatan penutup memuat kegiatan kesimpulan. Kesimpulan terdiri dua, kesimpulan awal (dilakukan oleh siswa boleh berbeda-beda), kemudian ditarik satu kesimpulan utama/akhir yang ditarik dari kesimpulam awal secara bersam-sama. Kesimpulan dapat ditulis oleh guru, kemudian dicatat oleh siswa.

 Dari perkuliahan ini dapat diambil ibrahnya :

        Pada perkuliahan ini diceritakan cermin dari pendidikan di Indonesia sekarang ini. Walaupun sudah berganti kurikulum, akan tetapi masih saja mengalami kesulitan untuk meninggalkan tradisi lama dalam pendidikan. Pada pendidikan ada dua peran utama, yaitu subjek didik (peserta didik) dan orang tua. Peserta didik (siswa) mewakili generasi muda sedangkan orang tua diwakili oleh pendidik, guru, kepala sekolah, gubernur, politikus, ataupun pengusaha. Seyogjanya, keduanya memiliki perannya masing-masing. Peserta didik seharusnya memiliki ambisius yang tinggi untuk mempersiapkan hidup dengan bersungguh-sungguh mencari bekal untuk kebutuhan hidupnya. Hal ini dapat dipresentasikan bahwa dalam pembelajaran berpusat pada siswa (active learning/student centred/directed teaching). Sebaliknya, orang tua seyogjanya tidak berambisius (tidak otoriter) atau tidak melakukan intervensi di dalam pembelajaran agar pendidikan sesuai dengan tujuan utamanya. Orang tua seharusnya memberikan seluas-luasnya bagi peserta didik untuk membangun hidupnya melalui pendidikan. Dalam pembelajaran, seharusnya siswa sebagai pencari ilmu harus lebih ambius, sedangkan pendidik sebagai orang tua yang cukup mempunyai peran sebagai pembimbing, motivator, dan mengarahkan peserta didiknya.

Semoga bermanfaat, mohon maaf dan terima kasih.