REFLEKSI
PERKULIAHAN KAJIAN KURIKULUM MATEMATIKA
Nama/NIM : Yuliana/20703261052
Pertemuan :
7
Hari/Tanggal :
Kamis, 21 Maret 2021
Pengampu :
Prof. Dr. Marsigit, M.A
A.
Refleksi
Perkuliahan
1. Perkuliahan kajian kurikulum Matematika dilaksanakan
secara daring via googlemeet. Pengampu memulainya dengan memberikan motivasi
mengenai peran mahasiswa sebagai pengembang kurikulum ataupun pengambil
kebijakan, pengemban masa depan, dan pengemban ilmu sehingga mahasiswa termotivasi
untuk terus bersemangat belajar.
2. Pengampu memberikan gambaran mengenai perkembangan kurikulum
di Indonesia mulai sejak tahun 1947 sampai kurikulum tahun 1999 berbasis materi,
Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) tahun 2004 dan Kurikulum Periode KTSP tahun
2006 berbasis kompetensi, sedangkan Kurikulum 2013 berbasis outcome (Baderiah, 2018).
Kurikulum tersebut mengalami pembaruan-pembaruan mengikuti perkembangan dunia
pendidikan yang semakin modern dan tentunya karena faktor perkembangan zaman.
3. Sekarang ini, kurikulum pendidikan Indonesia di sekolah
menengah menggunakan kurikulum 2013 dan di perguruan tinggi menerapkan kurikulum
KKNI. Pada penerapan kurikulum 2013, proses pembelajaran dipandu dengan
kaidah-kaidah pendekatan ilmiah atau saintifik. Pendekatan pembelajaran ini bercirikan
adanya kegiatan pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan
mengenai kebenaran. Pendekatan saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang
berupaya untuk mengarahkan peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran
untuk mengembangkan pengetahuan peserta didik (Rusnilawati, 2016).
Proses belajar yang dirancang untuk menerapkan peserta didik lebih aktif dalam
mengetahui konsep pada materi dengan melalui tahapan 5 M (mengamati, menanya,
mengumpulkan informasi, menalar, dan mengkomunikasikan). Sebagai ilustrasi,
pengampu memberikan contoh tahapan kegiatan menanya pada pembelajaran
saintifik. Mahasiswa diminta untuk mengamati kondisi ruangan di sekitar dosen
(guru). Dari pengamatan tersebut, mahasiswa memperkirakan suhu ruangan yang
ditempati pengampu. Ada mahasiswa yang menjawab suhu ruangannya 24oC,
ada yang menjawab 23oC, ada yang yang menjawab 34oC, dan
ada pula yang menjawab 35oC.
Dalam pembelajaran berbasis saintifik, jawaban-jawaban mahasiswa
tersebut menunjukkan hipotesis (jawaban sementara yang belum tentu
kebenarannya). Hipotesis harus didasari oleh data. Di dalam hal didaktik, ada 2
unsur penting kegiatan pembelajaran yang diilustrasikan oleh pengampu, yaitu
menanya dan menjawab. Kegiatan menanya dilakukan oleh guru dalam rangka untuk
menghasilkan hipotesis (jawaban sementara) dari siswa. Inilah merupakan ciri
khas dari pembelajaran berbasis saintifik. Dari ilustrasi ini tergambar jelas
mengenai pembelajaran berbasis saintifik. Budaya saintifik sudah membudaya di
pendidikan Barat maupun Amerika. Hal ini tergambar di tempat-tempat kegiatan pembelajaran
atau di dinding-dinding sekolah bertuliskan “hipotesis”, menjadi suatu hal yang
biasa.
4. Instrumen
pengembangan kurikulum harus valid sesuai dengan validitas konstruk dan validitas
isi (logis). Validitas isi dapat ditelusuri asal-usul butir instrument yang
didasari dengan referensi. Peta pengembangan kurikulum bersifat makro berisi
konsep pengembangan kurikulum sedangkan skema pengembangan bersikap mikro yang
lebih mengarah pada butir instrumen.
5. Dari
peta dan skema pengembangan kurikulum dapat disusun menjadi proposal
penelitian, artikel jurnal yang dipublikasikan.
B. Kesimpulan
Dari
perkuliahan ini dapat dibuat kesimpulan bahwa (1) pentingnya langkah-langkah
pembelajaran berbasis saintifik (2) aspek-aspek instrumen pengembangan
kurikulum.
Referensi
:
Baderiah. (2018). Buku Pengembangan Kurikulum.
Rusnilawati, R. (2016). Pengembangan perangkat pembelajaran
matematika bercirikan active knowledge sharing dengan pendekatan saintifik
kelas VIII. Jurnal Riset Pendidikan Matematika, 3(2), 245.
https://doi.org/10.21831/jrpm.v3i2.10633
0 Komentar